call centre

0341 7744085

lufias

Sabtu, 25 Februari 2012

Berpikir Kreatif

Dalam suatu sistem mengatur dirinya sendiri, ada keharusan untuk kreatif. Semua bukti
menunjukkan bahwa otak bekerja sebagai sistem jaringan saraf yang mengatur dirinya
sendiri. Mengapa kita tidak memberikan perhatian yang serius terhadap “berpikir kreatif”,
padahal ini merupakan bagian kunci dari berpikir (untuk merancang, memecahkan masalah,
untuk melakukan perubahan dan perbaikan, memperoleh gagasan baru)?
Ada dua alasan mengapa kita mengabaikan “berpikir kreatif”. Alasan pertama adalah kita
meyakini bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan terhadap berpikr kreatif. Kita beranggapan
bahwa berpikir kreatif adalah bakat yang tidak dimiliki semua orang.
Alasan kedua sangat menarik. Setiap gagasan berharga pasti belakangan ditemukan
sebagai hal yang logis (sesudah seseorang menemukan gagasan tersebut). Jika gagasan itu
belakangan tidak terasa logis, kita tidak akan menganggapnya bernilai. Jadi, kita hanya
mengakui gagasan-gagasan kreatif yang kemudian terbukti logis. Sisanya dianggap sebagai
gagasan gila. Di antara gagasan-gagasan baru, ada yang kemudian terbukti berguna, dan ada
pula yang dianggap gagasan gila selamanya.
Jika kita berasumsi bahwa gagasan-gagasan kreatif pada akhirnya ternyata logis,
seharusnya kita bisa mendapatkan gagasan-gagasan itu dengan menggunakan kemampuan
logika sejak awal. Jadi, kreativitas tidak diperlukan. Yang diperlukan hanyalah kemampuan
logika yang lebih baik.
Asumsi di atas keliru sama sekali. Baru akhir-akhir ini kita menyadari bahwa dalam
sebuah sistem yang mengatur dirinya sendiri (sebagaimana halnya otak), suatu gagasan bisa
jadi baru diketahui logis belakangan, tetapi tidak terlihat demikian pada awalnya. Ini
merupakan akibat dari sifat keteraturan pola yang tidak simetris-yang juga merupakan
sumber humor.
Oleh karena cara berpikir tradisional hanya bertumpu pada sistem informasi yang
diorganisasi di luar otak (melalui simbol-simbol yang mengikuti aturan logika), kita tidak
pernah melihat kenyataan tersebut.
Orang-orang yang menganjurkan kreativitas juga sama kelirunya-tapi di alur yang
berbeda. Orang-orang ini percaya bahwa semua orang secara ilmiah kreatif, tetapi terhambat.
Hambatan tersebut muncul karena adanya kebutuhan untuk selalu memberikan jawaban yang
“benar” di sekolah. Dalam dunia usaha dan dunia professional, hambatan ini muncul dari
kecemasan melakukan kesalahan atau ditertawakan. Jadi, apabila kita berhasil
menyingkirkan hambatan ini, kita akan membebaskan kreativitas alamiah mereka dari
kungkuangan.
Sayangnya, kreativitas bukanlah secara alamiah ada di otak. Tugas otak adalah menyerap
pengalaman dan mengaturnya dalam pola-pola-lalu menggunakan pola-pola tersebut. Jadi,
membebaskan orang untuk menjadi diri mereka sendiri hanya meningkatkan sedikit
kreativitas (karena hambatannya sudah berkurang).
Jika kita ingin lebih kreatif, kita harus mengembangkan teknik-tejnik berpikir yang
khusus. Teknik-teknik- ini adalah sebagian dari yag saya sebut “berpikir lateral” (yang akan
saya jelaskan*nanti dibuku ini). Tekniknya tidak alamiah dan mencakup metode-metode
provokasi yang tampak seolah-olah sangat tidak logis. Namun sebetulnya, metode ini sangat
logis dalam sistem pemolaan.
Kreativitas bukanlah soal bakat. Ada teknik-teknik khusus untuk berpikir kreatif dan saya
akan menjelaskan beberapa teknik di buku ini. Saya juga akan menjelaskan bagaimana
penggunaan teknik ini untuk membangkitkan cara berpikir lateral telah berjasa
menyelamatkan Olimpiade tahun 1984 yang nyaris gagal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

$0A